TUGAS 3 : KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (MAKALAH WACANA)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam praktek berbahasa ternyata kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak diduga atau diperhitungkan orang selama ini. Kalimat atau kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar yang disebut wacana bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam sintaksis, banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari kalimat-kalimat yang ada disekitarnya, maka kalimat itu menjadi satuan yang tidak mandiri. Kalimat-kalimat itu tidak mempunyai makna dalam kesendiriannya. Mereka baru mempunyai makna bila berada dalam konteks dengan kalimat-kalimat yang berada disekitarnya.

Kalau kalimat itu adalah unsur  pembentuk wacana, maka persoalan kita sekarang apakah wacana itu, apakah cirri-cirinya, bagaimana ujudnya, atau bagaimana pembentukannya. Berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang. Namun , dari sekian banyak definisi yang berbeda-beda itu, pada dasarnya menekankan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap. Sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.

Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana pengertian wacana?
  2. Apa saja  ciri-ciri wacana?
  3. Apa saja unsur-unsur wacana?
  4. Apa saja jenis-jenis wacana?

C. Tujuan

  1. Mengetahui pengertian wacana itu.
  2. Mengetahui ciri-ciri wacana.
  3. Mengetahui unsur-unsur wacana.
  4. Mengetahui jenis-jenis wacana.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian wacana

Wacana berasal dari bahasa Inggris “discourse” , yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dansemestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis.

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.

Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekedar bacaan. Wacana merupakan satuan bahasa yang paling besar di gunakan dalam komunikasi. Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi merupakan bentuk kata. Rangkaian kata membentuk frase dan rangkaian frase membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana.

Berikut ini adalah pengertian wacana menurut beberapa ahli :

  1. Hawthorn (1992) mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi yang terlihat sebagai sebuah pertukaran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal dimana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
  2. Roger Fowler (1997) mengemukakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang di lihat dari titik pandang kepercayaan,dan nilai.
  3. Alwi dkk (2003) wacana adalah rentetan kalimat yang menghubungkan proposisi satu dengan yang lain dan membentuk satu kesatuan.

B. Ciri-Ciri Wacana

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah wacana. Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut.

  1. Satuan gramatikal
  2. Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
  3. Untaian kalimat-kalimat
  4. Memiliki hubungan proposisi
  5. Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
  6. Memiliki hubungan koherensi
  7. Memiliki hubungan kohesi
  8. Medium bisa lisan maupun tulis

Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.

  1. Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
  2. Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
  3. Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
  4. Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
  5. Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental.

C. Unsur-Unsur Wacana

  1. Unsur-Unsur Internal Wacana
  • Tema, yaitu pokok pembicaraan yang ada dalam sebuah wacana lisan maupun tulisan.
  • Unsur bahasa, yaitu kata, klausa, frase, dan kalimat.
  • Teks dan koteks. Istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah. Sedangkan istilah koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya.
  • Makna dan maksud
  • Kohesi dan koherensi. Kohesi adalah keserasian hubungan unsur yang satu dengan unsur yang lain tidak selalu memiliki pertalian semantik. Sedangkan koherensi adalah pertalian semantik antara unsur yang satu dan unsur lain dalam wacana.

     2. Unsur-Unsur Eksternal Wacana.

Adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana.

  • Implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang “berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi.
  • Istilah presuposisi adalah perkiraan, persangkaan, atau rujukan. Dengan kata lain presuposisi adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara.
  • Referensi adalah hubungan antar kata dengan benda (orang, tumbuhan, buku, sesuatu lainnya) yang dirujuknya. Referensi merupakan perilaku pembicara/penulis.
  • Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi berarti sebagai proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah  tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis.

D. Jenis-Jenis Wacana

Jenis Wacana bisa dikelompokkan berdasarkan, Jenis Wacana berdasarkan Bentuk, Jenis Wacana berdasarkan media penyampaiannya, Jenis wacana berdasarkan jumlah penutur, Jenis Wacana Berdasarkan Sifat, Jenis Wacana Berdasarkan Isi, Jenis Wacana Berdasarkan Gaya, Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis wacana berdasarkan kategorinya:

  1. Jenis Wacana Berdasarkan Bentuk
  • Wacana Naratif. Wacana naratif adalah bentuk wacana yang dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah, uraiannya cenderung ringkas. Bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang.
  • Wacana Prosedural. Wacana prosedural adalah wacana yang digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan. Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan dapat berhasil dengan baik.
  • Wacana Ekspositori. Wacana ekspositori adalah wacana yang bersifat menjelaskan sesuatu secara informatif. Bahasa yang digunakan cenderung denotatif dan rasional, yang termasuk dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel di media masa.
  • Wacana Hortatori. Wacana hortatori adalah wacana yang digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan. Sifatnya persuasif, tujuannya adalah untuk mencari pengikut agar bersedia melakukan, atau menyetujui pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut.
  • Wacana Dramatik. Wacana dramatik adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin menghindari sifat narasi di dalamnya. Contoh: skenario film.
  • Wacana Epistoleri. Wacana epistoleri adalah wacana yang dipergunakan dalam surat-menyurat. Pada umumnya memilik bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan.
  • Wacana Seremonial. Wacana seremonial adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara), karena erat kaitannya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak dipergunakan dalam sembarang waktu.
  1. Jenis Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya
  • Wacana Tulis. Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Sampai saat ini tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, dll.
  • Wacana Lisan. Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan atau ujaran.
  1. Jenis Wacana Berdasarkan Jumlah Penutur
  • Wacana Monolog. Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar. Contoh: pidato, ceramah, presenter, dll.
  • Wacana Dialog. Wacana dialog adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, wacana ini bisa berbentuk tulisan atau lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana drama (skenario, ketoprak, dll).
  1. Jenis Wacana Berdasarkan Sifat

a) Wacana Fiksi. Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanyan, tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat atau kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah.

  • Wacana Prosa. Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan.
  • Wacana Puisi. Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Puisi, lagu, tembang dan belada merupakan contoh wacana puisi.Wacana Drama. Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya, drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.

b) Wacana Nonfiksi. Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-kaiadah penulisan yang baku.Contoh wacana nonfiksi yaitu opini, essay, artikel dan laporan penelitian.

  1. Jenis Wacana Berdasarkan Isi
  • Wacana Politik. Bagaimanapun juga bidang politik melahirkan istilah dan jorgan politik yang maknanya yang lebih dipahami oleh orang-orang di lingkungan itu sendiri.
  • Wacana Sosial. Wacana sosial berkaitan dengan kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Memang sulit untuk mengatakan : apa persoalan yang bukan merupakan persoalan sehari-hari. Masalah makan, pangan, rumah, tanah, pernikahan, kematian, dan sebagainya merupakan sejumlah kecil masalah sosial tersebut”.
  • Wacana Ekonomi. Wacana ekonomi berkaitan dengan persoalan ekonomi. Dalam wacana ekonomi, ada beberapa register yang hanya dikenal di dunia bisnis dan ekonomi. Ungkapan-ungkapan seperti persaingan pasar, biaya produksi tinggi, langkanya sembako, konsumen dirugikan, inflasi, devaluasi, harga saham gabungan, nata unag dan sejenisnya merupakan contoh-contoh regester ekonomi.
  • Wacana Budaya. Wacana budaya berkaitan dengan kreativitas kebudayaan. Wilayah wacana budaya lebih berkaitan dengan wilayah ‘ kebiasaan atau tradisi, adat, sikap hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari’  wilayah itu kemudian menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan, yang isinya kemudian disebut wacana budaya.
  • Wacana Militer. Hingga saat ini wacana militer hanya dipakai dan berkembang di bidang militer.
  • Wacana Hukum dan Kriminalitas. Persoalan hukum dan kriminalitas, sekalipun bisa dipisahkan, namun keduanya bagaikan dua sisi dari mata uang: berbeda tetapi menjadi satu kesatuan.
  • Wacana olahraga dan Kesehatan. Wacana olahraga dan kesehatan berkaitan dengan masalah olahraga dan kesehatan. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan misalnya, muncul kalimat ”Sempat joging 10 menit, didiagnosis jantung ringan”. Istilah joging adalah aktivitas olahraga ringan yang berkaitan dengan kesehatan.
  1. Jenis Wacana Berdasarkan Gaya dan Tujuan (Wacana Iklan)

Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), disebutkan iklan adalah  berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) tentang barang atau jasa yang di tawarkan (1989 :322). Umumnya iklan di pasang di media masa, baik cetak maupun elektronik. Pada iklan, bahasanya distrategikan agar  berdaya persuasi, yaitu mempengaruhi masyarakat agar tertarik dan membeli.

  1. Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan Pemaparannya

a) Wacana Narasi

Wacana narasi adalah salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.

Dengan demikian wacana jenis ini tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang melainkan hanya menceritakan sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialami dan didengar oleh pengarang (penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi yang bersifat fakta, antara lain biografi , autobiografi, pengalaman sedangkan yang berupa fiksi diantaranya cerpen dan novel.

Ciri-ciri narasi  :

  • Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
  • Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya. atau berupa rekaan.
  • Berdasarkan konfliks, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.
  • Memiliki nilai estetika.
  • Menekankan susunan secara kronologis.

Tujuan menulis karangan narasi  yaitu:

  • Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan
  • Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca
  • Memberikan hiburan kepada pembaca.

b) Wacana Deskripsi

Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Wacana deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca atau merasakan hal yang dideskripsikan, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Oleh sebab itu deskripsi yang baik adalah deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang panca indra. Contoh : seperti keadaan banjir, suasana dipasar dan sebagainya, melihat pemandangan pegunungan, rumah, gedung , dll.

Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut :

  • Deskripsi Imajinatif/Impresionis

Adalah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis. Pengertian lain tentang deskripsi impresionis yaitu  ialah ragam pemaparan yang didasarkan pada impresi (kesan atau perasaan) penulis terhadap peristiwa, kejadian, tempat, perbuatan, karakter, dan lain-lain.

  • Deskripsi faktual/ekspositoris

Ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Faktual dapat diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.atau juda biasanya diartikan sebagai sesuatu hal yang berdasarkan kenyataan; mengandung dan kebenaran. Ada juga pendapat lain mengenai deskripsi ekspositoris, yaitu ragam pemaparan atau penggambaran secara logis.

Ciri-ciri karangan deskripsi :

  • Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
  • Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
  • Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
  • Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

c) Wacana Argumentasi

Kata Wacana Argumentasi yaitu paragraf yang mengemukakan berbagai alasan, contoh, dan bukti yang kuat atau logis serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagsan, sikap dan keyakinan penulis. Dalam berargumentasi, kita boleh mempertahankan pendapat tetapi juga harus mempertimbangkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita. Penalaran yang sehat dan didukung oleh penggunaan bahasa yang baik dan efektif sangat menunjang sebuah karangan argumentative.  Karangan argumentasi juga dpat berisi tanggapan atas sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memeparkan alasan-alasan yang logis.  Tujuan wacana argumentasi yaitu berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.

Ciri-Ciri wacana argumentasi :

  • Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui pembaca.
  • Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, table, atau gambar.  (Ada alasan, data, atau fakta yang mendukung).
  • Pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat, atau pandangan pembaca.
  • Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektifitas.
  • Dalam menyusun argumentasi, penulis menerapkan kerangka berfikir rasional, kritis dan logis.
  • Membuktikan kebenaran pendapat pengarang dapat menggunakan macam-macam pola pembuktian.

d) Wacana Persuasi

Wacana persuasi merupakan wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.

Ciri-ciri  wacana persuasif seharusnya :

  • Berupa ajakan atau mempengaruhi pembaca
  • Berisi imbauan
  • Menarik pembaca atau pendengar

Syarat-syarat membuat  wacana Persuasi agar pembaca atau pendengar tertarik :

  • Menggunakan bahasa emotif
  • Menggunakan struktur kalimat yang unik
  • Pilihan kata yang khusus
  • Ajakan yang efektif
  • Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kepercayaan untuk pembaca tercapai.
  • Harus ada fakta dan data

Wacana persuasif dapat berupa  :

  • Bentuk  pidato , misalnya Propaganda kelompok / golongan, kampanye, penjual jamu, dan lain-lain.
  • Bentuk tulisan brupa  Iklan dalam media massa, selebaran, dan lain-lain.
  • Berupa elektronik misalkan televisi, radio, internet, dan lain-lain.

e) Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.

Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.

B. Saran

Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu wacana, kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut tentang wacana.

DAFTAR PUSTAKA

http://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/10/pengertian-wacana-dan-macam-macamnya.html

http://laukhilmahfidiyah.blogspot.com/2015/03/hakikat-wacana.html

https://yusrizalfirzal.wordpress.com/2011/02/28/wacana/

http://kikinoffitri.blogspot.com/2016/11/makalah-wacana.html

http://remajasampit.blogspot.com/2014/01/jenis-jenis-wacana.html

http://slametanggara.blogspot.com/2015/06/jenis-jenis-wacana.html

Penulis:

Sintha Nur Fadilla Nawawi (A1G118039)

Tinggalkan komentar